Teknologi Seluler CDMA dan GSM

Oleh Deris Stiawan, S.Kom.,M.T.
Talk Show Computer Easy di Radio SONORA FM
Kerjasama Radio SONORA FM, dan PT. Elex Media Komputindo
13 Desember 2003

Sejarah Teknologi mobile

Di  Indonesia,  liberalisasi  bisnis  seluler  dimulai  sejak  tahun  1995,  saat  pemerintah  mulai membuka  kesempatan  kepada  swasta  untuk  berbisnis  telepon  seluler  dengan  cara  kompetisi penuh. Bisa diperhatikan, bagaimana  ketika  teknologi GSM  (global  system  for mobile) datang dan  menggantikan  teknologi  seluler  generasi  pertama  yang  sudah  masuk  sebelumnya  ke Indonesia seperti NMT (nordic mobile telephone) dan AMPS (advance mobile phone system). Ketika di tahun 1980-an,  teknologi Global System for Mobile Communication (GSM) datang ke Indonesia,  maka  para  operator  pemakai  teknologi  AMPS  (Advanced  Mobile   Phone  System) menghilang.  Lalu,  muncul  Satelindo  sebagai  pemenang,  yang  kemudian   disusul    oleh Telkomsel. Dan pada akhirnya teknologi GSM lebih unggul dan perkembang bak jamur di musin hujan,  ini  dikarenakan  kapasitas  jaringan  lebih  tinggi, karena  efisiensi  di  spektrum  frekuensi dari pada teknologi NMT dan AMPS.

Sekarang,  dalam  kurun  waktu  hampir  satu  dekade,  teknologi  GSM  telah  menguasai  pasar dengan jumlah pelanggan lebih dari jumlah pelanggan telepon tetap. Di  Indonesia,  liberalisasi  bisnis  seluler  dimulai  sejak  tahun  1995,  saat  pemerintah  mulai membuka  kesempatan  kepada  swasta  untuk  berbisnis  telepon  seluler  dengan  cara kompetisi penuh. Bisa diperhatikan, bagaimana  ketika  teknologi GSM  (global  system  for mobile)datang dan  menggantikan  teknologi  seluler  generasi  pertama  yang  sudah  masuk  sebelumnya  ke Indonesia seperti NMT (nordic mobile telephone) dan AMPS (advance mobile phone system).

Ketika di tahun 1980-an,  teknologi Global System for Mobile Communication (GSM) datang ke Indonesia,  maka  para  operator  pemakai  teknologi  AMPS  (Advanced  Mobile   Phone  System) menghilang.  Lalu,  muncul  Satelindo  sebagai  pemenang,  yang  kemudian   disusul    oleh Telkomsel.Dan pada akhirnya teknologi GSM  lebih unggul dan perkembang bak jamur di musin hujan,  ini dikarenakan  kapasitas  jaringan  lebih  tinggi,  karena efisiensi  di  spektrum  frekuensi  dari  pada teknologi NMT dan AMPS.  Sekarang,  dalam  kurun  waktu  hampir  satu  dekade,  teknologi  GSM  telah  menguasai  pasar dengan  jumlah  pelanggan  lebih  dari  jumlah  pelanggan  telepon  tetap.  amun,  sampai  saat  ini telepon  seluler  masih  merupakan  barang  mewah,  tidak  semua  lapisan  masyarakat  bisa menikmatinya. Tarifnya masih  sangat  tinggi dibandingkan dengan  telepon  tetap PSTN (public switched  telephone network), baik untuk komunikasi  lokal maupun SLJJ  (sambungan langsung jarak jauh), ada yang mencapai Rp 4.500 per menit flat rate untuk komunikasi SLJJ.  Sedangkan  teknologi  CDMA  pengenalan  CDMA  sudah  dimulai  sejak  tiga  tahun  lalu  ketika Komselindo memperkenalkan CDMA-One. Hanya saja dengan berbagai alasan pengembangannya kurang  sukses.  Saat  ini,  PT  Telkom  kembali  memperkenalkan  CDMA,  tapi  tidak  lewat  jalur “bisnis selular” langsung, melainkan menggunakan CDMA untuk fix phone dengan produk dagang bernama Telkomflexi. Saat ini dengan TelkomFlexi, PT. Telkom menawarkan teknologi yang lebih baik dari teknologi GSM sebelumnya dan dengan harga yang lebih murah. Sebenarnya kenapa tarif yang ditawarkan oleh teknologi ini lebih murah karena Telkomflexi berbasis pada teknologi Wirelless Local-Code Division Multiple Access (WLL-CDMA) tidak saja karena fleksibilitas sebuah fix phone, tapi yang paling  utama  adalah  struktur  tarif  yang  katanya  jauh  lebih murah  karena  tidak dibebankan biaya airtimenya.

Perbedaan mendasar teknologi GSM dan CDMA  
Perbedaan  mendasar  dari  teknologi  CDMA  adalah  sistem  modulasinya.  Modulasi  CDMA merupakan  kombinasi  FDMA  (Frekuensi  Division  Multiple  Access)  dan  TDMA  (Time  Division Multiple Access). Pada  teknologi FDMA, 1 kanal frekuensi melayani 1  sirkuit pada satu waktu, sedangkan  pada  TDMA,  1  kanal  frekuensi  dipakai  oleh  beberapa  pengguna  dengan  cara slot waktu yang berbeda.  Pada CDMA beberapa pengguna bisa dilayani pada waktu bersamaan dan frekuensi yang sama, dimana  pembedaan  satu  dengan  lainnya  ada  pada  sistem  coding-nya,  sehingga penggunaan spektrum frekuensinya teknologi CDMA sangat efisien.

Kelebihan  yang  ditawarkan  CDMA  antara  lain  kualitas  suara  dan  data,  harga  atau  tarif yang lebih  murah,  investasi  yang  lebih  kecil,  dan  keamanan  dalam berkomunikasi  (tidak mudah disadap). Teknologi GSM dengan GPRS nya akan terlibas dengan content pada CDMA karenaketerbatasan akan lebar data dan aplikasi multimedia pada teknologi GSM.

Kelebihan teknologi berbasis GSM diindonesia adalah coverage yanga  luas dan roaming jelajah yang sangat luas baik dalam negeri bahkan seluruh dunia, sedangkan CDMA dengan telkomflexi
masih sangat terbatas.

CDMA menggantikan dominasi GSM ?
Dalam serbuan iklan dan janji yang diberikan oleh Telkomflexi membuat Pihak operator selular khawatir  ketar  ketir,  lalu  membuat  masyarakat  penasaran  dengan  adanya  promosi bahwa Telkomflexi berbasis  teknologi Wireless  Local  Loap-Code Division Multiple Access  (WLL-CDMA) tidak  saja  karena  fleksibilitas  sebuah  fix phone,  tapi  yang paling utama adalah  struktur  tarif yang katanya jauh lebih murah.
Jika selama  ini pemakai ponsel GSM biasanya harus membayar biaya percakapan  lokal dengan dasar tarif airtime plus pulsa sebesar Rp. 425/menit untuk kartu pasca-bayar dan kurang lebih Rp. 1.000/ menit untuk kartu pra-bayar, maka jika mempergunakan ponsel dengan basis CDMA hanya ditarik biaya tarif telepon rumah yang bersifat lokal. Hanya  saja,  dalam masalah  tarif  ini  banyak  orang  terjebak  oleh  pemahaman  bahwa  “karena teknologi CDMA-nya” tarif telepon bisa jadi tarif lokal dan murah. Padahal, apakah berteknologi CDMA atau GSM, tarif tidak punya hubungan  langsung karena masalah tarif merupakan produk dari sebuah regulasi, baik yang dibuat pemerintah atau operator.  Para  operator  selular  (GSM)  boleh  saja  ketar-ketir  dan  mencurigai  kehadiran  Telkomflexi sebagai  ancaman  serius.  Namun  jika  kita  tinjau  struktur  tarif  para  operator  selular seperti pembebasan  biaya  incoming  roaming,  flate-rate,  zona  extra  luas  dan  tarif  single  POC sebenarnya telah menggerogoti porsi PT Telkom.  Struktur  tersebut  merupakan  senjata  pamungkas  bagi  para  operator  selular  untuk  tetap mempertahankan diri dari ancaman kehadiran Telkomflexi.  Lagi pula para pemegang  lisensi CDMA fixed wireless seperti PT Telkom dan PT Indosat adalah pemegang  saham  mayoritas  di  operator  GSM,  sehingga  tampaknya  keduanya  tidak  ingin mematikan mesin uangnya sendiri sebagai operator selular.

Pos ini dipublikasikan di Wawasan Teknologi. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar